SholatIdul Fitri akan lebih baik untuk dilaksanakan jika sudah membayar zakat fitrah. Bila zakat fitrah dilaksanakan setelah sholat shubuh pada akhir Ramadhan, dan sebelum mengerjakan sholat Idul Fitri, maka disebut Waktu Afdhal. Waktu Makruh
Ilustrasi hukum zakat fitrah dalam Islam, sumber Muslim Harus Paham Hukum Zakat Fitrah dalam Islam“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat tersebut engkau membersihkan dan mensucikan mereka.”“Barangsiapa yang menunaikan zakat fitri sebelum shalat Id maka zakatnya diterima dan barangsiapa yang menunaikannya setelah shalat Id maka itu hanya dianggap sebagai sedekah di antara berbagai sedekah.” HR. Abu Daud."Ini adalah kewajiban sedekah zakat yang telah diwajibkan oleh Rasulullah SAW atas orang-orang Islam."Ilustrasi zakat fitrah dalam Islam, sumber
Berdasarkanayat tersebut, dapat ketahui bahwa sifat zakat fitrah adalah wajib, sebagaimana perintah untuk melaksanakan sholat lima waktu. Zakat fitrah penting untuk dilakukan, bukan demi meraih keistimewaan di mata manusia, melainkan untuk dilihat oleh Allah SWT.
loading...Salah satu keutamaan mengeluarkan zakat mal harta dan zakat penghasilan adalah membersihkan dan mensucikan mereka. Foto/dok Cara menghitung zakat mal yang benar perlu diketahui oleh kaum muslimin. Mengeluarkan zakat mal harta adalah salah satu perintah syariat. Menurut bahasa, harta Maal adalah segala sesuatu yang diinginkan sekali sekali oleh manusia untuk memiliki, memanfaatkan dan menyimpannya. Menurut syar'a, harta adalah segala sesuatu yang dapat dimiliki dikuasai dan dapat digunakan menurut berfirman dalam Al-Qur'anخُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ ۖ إِنَّ صَلَاتَكَ سَكَنٌ لَهُمْ ۗ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ"Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." QS At-Taubah Ayat 103 Baca Juga Perlu diketahui, antara zakat mal dan zakat penghasilan selalu dianggap serupa, padahal tak sama. Keduanya memiliki waktu dan perhitungan nisab serta zakat masing-masing. Berdasarkan waktu, zakat penghasilan dikeluarkan setiap bulan setelah menerima upah, sedangkan zakat mal dikeluarkan di akhir zakat selalu kita laksanakan selama harta kepemilikan kita menembus nilai atau bobot nisab, minimal tercapai 20 Dinar atau 85 Gram emas. Artinya, selama emas yang dimiliki masih mencapai berat ini, maka selama itu pula akan ada kewajiban zakat setahun sekali setiap kali haul meskipun pada tahun-tahun sebelumnya sudah pernah Kekayaan yang Wajib Zakat1. Milik Penuh AlmilkuttamYaitu, harta berada dalam kontrol dan kekuasaanya secara penuh, dan dapat diambil manfaatnya secara penuh. Harta itu didapat melalui proses pemilikan yang dibenarkan menurut syariat Islam, seperti usaha, warisan, pemberian negara atau orang lain dan cara-cara yang sah. Sedangkan apabila harta itu diperoleh dengan cara yang haram, maka zakat atas harta tersebut tidaklah wajib. Sebab harta tersebut harus dibebaskan dari tugasnya dengan cara dikembalikan kepada yang berhak atau ahli BerkembangYaitu harta dapat bertambah atau berkembang bila diusahakan atau mempunyai potensi untuk Cukup NishabArtinya harta tersebut telah mencapai jumlah tertentu sesuai dengan ketetapan syara'. Sedangkan harta yang tidak sampai nishabnya terbebas dari Lebih dari Kebutuhan Pokok Alhajatul AshliyahKebutuhan pokok adalah kebutuhan minimal yang diperlukan seseorang dan keluarga yang menjadi tanggungannya, untuk kelangsungan hidupnya. Artinya apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi yang bersangkutan tidak dapat hidup layak. Kebutuhan tersebut seperti kebutuhan primer atau kebutuhan hidup minimum KHM, misal, belanja sehari-hari, pakaian, rumah, kesehatan, Bebas dari UtangOrang yang mempunyai utang sebesar atau mengurangi senishab yang harus dibayar pada waktu yang sama dengan waktu mengeluarkan zakat, maka harta tersebut terbebas dari Berlalu Satu Tahun Al-HaulMaksudnya adalah bahwa pemilikan harta itu sudah berlalu satu tahun. Persyaratan ini hanya berlaku bagi ternak, harta simpanan dan perniagaan. Sedang hasil pertanian, buah-buahan dan rikaz barang temuan tidak ada syarat yang Wajib Zakat1. Emas dan PerakTermasuk dalam kategori emas dan perak, adalah mata uang yang berlaku pada waktu itu di masing-masing negara. Oleh karena segala bentuk penyimpanan uang seperti tabungan, deposito, cek, saham atau surat berharga lainnya, termasuk ke dalam kategori emas dan perak. sehingga penentuan nishab dan besarnya zakat disetarakan dengan emas dan juga pada harta kekayaan lainnya, seperti rumah, villa, kendaraan, tanah, dan lainnya. 2. Binatang TernakHewan ternak meliputi hewan besar unta, sapi, kerbau, hewan kecil kambing, domba dan unggas ayam, itik, burung.3. Hasil PertanianHasil pertanian adalah hasil tumbuh-tumbuhan atau tanaman yang bernilai ekonomis seperti biji-bijian, umbi-umbian, sayur-mayur, buah-buahan, tanaman hias, rumput-rumputan, dedaunan, dan Harta PerniagaanHarta perniagaan adalah semua yang diperuntukkan untuk diperjual-belikan dalam berbagai jenisnya, baik berupa barang seperti alat-alat, pakaian, makanan, perhiasan, dll. Perniagaan tersebut di usahakan secara perorangan atau perserikatan seperti CV, PT, Koperasi, dan sebagainya.
AlBaqarah[2]:276); "Ambilah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka" (QS. At-Taubah [9]: 103); "Sedekah tidak akan mengurangi harta" (HR. Sedekah, selain bisa dalam bentuk harta, dapat juga berupa sumbangan tenaga atau pemikiran, dan bahkan sekedar senyuman.
- Zakat fitrah adalah zakat jiwa yang memiliki ketentuan dalam takaran dan waktu pembayarannya. Lantas, apa saja ketentuan dalam melakukan zakat fitrah?Umat Islam menjalankan perintah zakat fitrah setahun sekali. Berbeda dengan zakat maal harta yang boleh dibayarkan kapan pun, zakat fitrah dikeluarkan pada bulan Ramadan. Zakat ini mengiringi pelaksanaan ibadah puasa wajib. Zakat merupakan bagian dari rukun Islam. Rukun Islam sebagaimana disebutkan dalam hadis Bukhari dan Muslim, dibangun dengan pondasi dari lima hal. “Islam dibangun atas lima dasar, yaitu Dua Kalimat Syahadat, bahwasannya tidak ada tuhan selain Allah dan sesungguhnya Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Mendirikan Shalat lima waktu. Membayar Zakat. Berpuasa pada bulan Ramadhan. Pergi haji jika mampu. Pengertian dan Dalil Tentang Zakat Fitrah Dalam buku Fikih Kelas V 2020, disebutkan, zakat fitrah menurut istilah yaitu memberikan harta berupa makanan pokok yang diserahkan untuk golongan atau orang yang berhak menerimanya dengan syarat-syarat tertentu. Zakat fitrah kerap disebut zakat jiwa. Sebab, dengan membayar zakat fitrah maka dapat membersihkan jiwa seorang muslim setelah selesai menjalankan ibadah puasa di bulan ramadhan. Perintah mengeluarkan zakat, termasuk zakat fitrah, dapat ditemukan pada surah Al-Baqarah ayat 277, berikut ini"Sungguh, orang-orang yang beriman, mengerjakan kebajikan, melaksanakanshalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati." Al Baqarah 277 Perintah zakat fitrah ditujukan untuk setiap muslim yang masih hidup. Selama dia masih memiliki nyawa maka wajib membayar zakat fitrah tanpa memandang kaya-miskin, pria-wanita, tua-muda, atau bayi-dewasa. Oleh sebab itu, hukum zakat fitrah adalah fardhu 'ain atau wajib. Zakat fitrah dibayarkan dalam bentuk makanan pokok sebanyak 1 sha'. Makanan pokok ini mengikuti wilayah setempat. Jika di Indonesia, maka makanan pokok dapat berupa beras atau sagu dengan kualitas serupa yang dikonsumsi sehari-hari. Takaran 1 sha' jika dikonversi dengan timbangan sekarang maka setara 1 liter atau 2,5 kilogram. Jadi setiap muslim mengeluarkan zakat fitrah makanan pokok sebanyak 2,5 kilogram per jiwa. Kendati demikian, untuk berhati-hati, sebagian ulama menyarankan agar takaran tersebut dilebihkan sedikit sekira 2,8 - 3 kilogram. Waktu pembayaran zakat fitrah Zakat fitrah dibayarkan paling baik saat terbenam matahari terbenam di malam penghabisan Ramadhan malam takbiran sampai sebelum pelaksanaan shalat Idul Fitri. Zakat ini perbolehkan pula dibayar mulai 1 Ramadan. Hanya saja, jangan sampai membayarkan setelah shalat Idul Fitri karena akan bernilai sedekah biasa. “Rasulullah saw. mewajibkan zakat fitrah untuk membersihkan orang yang berpuasa dari hal-hal yang tidak bermanfaat, kata-kata kotor, dan memberi makan orang-orang miskin. Barang siapa mengeluarkannya sebelum shalat Idul Fitri, zakatnya diterima. Dan barangsiapa yang mengeluarkannya setelah shalat Idul Fitri, hal itu merupakan salah satu dari sedekah.” HR. Abu Dawud dari Ibnu Abbas Pada buku Fikih SD Kelas IV 2014 disebutkan, hukum terkait waktu membayar zakat fitrah sebagai berikut Waktu wajib yaitu sejak terbenamnya matahari pada akhir bulan Ramadan sampai menjelang shalat Idul Fitri. Waktu haram yaitu membayar zakat fitrah setelah terbenam matahari pada hari raya Idul Fitri. Waktu afdhal lebih baik yaitu sesudah shalat subuh 1 Syawal sebelum pergi ke shalat Idul fitri. Waktu mubah boleh yaitu sejak 1 Ramadan sampai akhir bulan Ramadan. Waktu makruh yaitu setelah shalat idul fitri, sebelum terbenamnya matahari pada 1 Syawal. Zakat fitrah dapat diberikan langsung kepada penerima zakat, seperti kaum fakir dan miskin. Namun, dapat pula seorang muslim menyerahkannya kepada amil zakat untuk nantinya didistribusikan kepada mereka yang berhak menerimanya sesuai syariat Islam. Orang yang wajib membayar zakat fitrah Adapun, orang yang memiliki kewajiban membayar zakat fitrah memiliki syarat sebagai berikut Beragama Islam. Orang tersebut masih hidup saat sebelum matahari terbit pada hari raya Idul Fitri, baik baru lahir atau dalam sakaratul maut. Mampu menafkahi dirinya dan keluarganya. Orang yang tidak berada di bawah tanggung jawab orang lain. Seorang kepala rumah tangga wajib mengeluarkan zakat fitrah bagi dirinya, istri, anak-anaknya, ibunya dan orang lain yang menjadi tanggungannya seperti karyawannya, pembantunya, dan sebagainya. Baca juga Apa Saja Macam-macam Zakat Selain Zakat Fitrah? Tata Cara Memberikan Zakat Fitrah Sediakan Makanan Pokok dan Niat Lebih Afdhol Mana Bayar Zakat Fitrah dengan Beras atau Uang? - Pendidikan Penulis Ilham Choirul AnwarEditor Ilham Choirul Anwar
Padamasa dakwah di Mekah, zakat belum berupa perintah yang wajib dilaksanakan, akan tetapi masih berupa anjuran yang mendapatkan pujian bagi yang melaksanakannya dan mendapat cacian atau teguran bagi yang tidak melaksanakannya. Landasan kewajiban atas zakat terdapat pada Al-Qur'an, As-Sunnah, dan Ijma' para ulama salaf dan khalaf. a.
Dalam Al-Quran setidaknya ada 26 ayat yang berbicara tentang zakat yang juga bergandengan dengan perintah shalat. Tentu saja perintah shalat menjadi yang utama, setelah itu baru kata zakat disebut. Hal ini menandakan adanya keterkaitan yang cukup erat di antara pelaksanaan shalat dan berzakat. Sejajarnya dua kata ini dalam sejumlah ayat di Al-Quran pun menandakan bahwa shalat dan zakat memiliki urgensi yang sama dalam kehidupan umat Islam. Shalat menjadi media komunikasi atau penghubung seorang hamba dengan Tuhannya. Hubungan ini kemudian menjadi kontrol bagi manusia agar menjaga perilakunya sesuai perintah Tuhan. Untuk itulah, mengapa shalat disebut dapat mencegah perbuatan keji dan munkar. Sementara zakat, bisa menyambung silaturahmi antar sesama manusia. Pasalnya, kemampuan tiap-tiap manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup tidaklah sama, untuk itu zakat hadir sebagai media yang mampu memberi solusi bagi mereka yang berkekurangan. Baca juga Ini Peran Zakat dalam Memberantas Kemiskinan Ayat-Ayat Al-Quran tentang Zakat yang Bergandengan dengan Perintah Shalat Kedudukan zakat dalam Islam tak boleh dianggap remeh, ia begitu penting bahkan sampai dijadikan satu pilar pokok seorang Muslim dalam beragama, yakni rukun Islam. Rukun Islam yang ketiga menyebut bahwa zakat wajib bagi mereka yang mampu. Sama seperti dalam ayat-ayat Al-Quran, posisi zakat dalam rukun Islam juga ditempatkan setelah perintah shalat. Berikut ayat-ayat Al-Quran tentang zakat yang bergandengan dengan perintah shalat QS. Al-Baqarah Ayat 43 “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk.” QS. Al-Baqarah 43 Tafsir dan makna ayat menurut Kementerian Agama RI Dalam ayat ini ada tiga macam perintah Allah Swt yang ditujukan kepada Bani Israil. Pertama, Agar mereka melaksanakan shalat setiap waktu dengan cara yang sebaik-baiknya, melengkapi segala syarat dan rukunnya, serta menjaga waktu-waktunya yang telah ditentukan, menghadapkan seluruh hati kepada Allah dengan tulus dan khusyuk sesuai dengan syariat yang dibawa Nabi Musa Baca juga Jenis-Jenis Harta Wajib Zakat Uang Kertas, Perhiasan hingga Piutang Kedua, agar mereka menunaikan zakat, karena zakat merupakan salah satu pernyataan syukur kepada Allah Swt atas nikmat yang telah dilimpahkan-Nya, dan menumbuhkan hubungan yang erat antara sesama manusia, dan menyucikan hati, karena zakat merupakan pengorbanan harta benda untuk membantu fakir miskin. Dengan zakat, akan tercipta kerja sama dan saling membantu dalam masyarakat, di mana orang-orang yang miskin memerlukan bantuan dari yang kaya dan sebaliknya, yang kaya memerlukan pertolongan orang-orang yang miskin. Dalam hubungan ini Rasulullah Saw juga pernah bersabda “Orang mukmin terhadap mukmin yang lain tak ubahnya seperti sebuah bangunan, masing-masing bagiannya saling menguatkan.” HR. Bukhari dan Muslim Ketiga, agar mereka rukuk bersama orang-orang yang rukuk, maksudnya adalah agar mereka masuk Islam dan melaksanakan shalat berjamaah seperti halnya kaum muslimin. Dalam hubungan ini Rasulullah telah bersabda “Shalat berjamaah itu lebih utama dengan dua puluh tujuh derajat daripada shalat seorang diri.” HR. Bukhari dan Muslim Shalat menurut agama Islam terdiri dari bermacam-macam gerakan jasmaniyah, seperti rukuk, sujud, iktidal, dan sebagainya. Namun di akhir ayat ini, shalat hanya diungkapkan dengan kata-kata “rukuk”. Hal ini dilakukan untuk menekankan agar mereka menunaikan shalat dengan benar seperti yang dikehendaki syariat Islam seperti yang diajarkan Rasulullah Saw, bukan shalat menurut cara mereka dahulu, yaitu salat tanpa rukuk. Baca juga Zakat Reksa Dana Wajib Ditunaikan, Ini Ketentuan dan Cara Menghitungnya Ilustrasi zakat QS. Al-Baqarah Ayat 110 “Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahalanya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan.” QS. Al-Baqarah 110 Tafsir dan makna ayat menurut Kementerian Agama RI Dalam ayat ini, Allah menyuruh kaum muslimin untuk terus-menerus menempuh jalan yang baik, melakukan shalat dan mengeluarkan zakat. Perintah ini dikaitkan dengan janji Allah berupa pertolongan mendapat kemenangan, karena dalam shalat terdapat hikmah yang banyak, seperti memperkuat jalinan iman, mempertinggi cita-cita serta mempertinggi daya tahan mental. Selain itu, di dalam shalat juga ada doa kepada Allah yang diucapkan seorang hamba sebagai pernyataan kehendak yang serius, serta memperkuat jalinan hati di antara orang-orang mukmin, dengan jalan melakukan shalat berjamaah dan pergaulan mereka di dalam masjid. Dengan jalan inilah iman dapat berkembang dan kukuh, juga dapat memelihara kebersihan jiwa, dapat mencegah diri melakukan perbuatan keji, serta dapat mempertinggi daya juang untuk melaksanakan kebenaran. Apabila kaum Muslimin menempuh cara-cara yang demikian, niscaya mereka akan mendapat pertolongan dari Allah. Sementara hikmah yang terdapat dalam mengeluarkan zakat, ialah mempererat hubungan antara muslimin yang kaya dengan yang miskin, sehingga tercipta kesatuan dan persatuan umat yang kukuh dan bulat. Sesudah itu Allah menegaskan bahwa shalat dan zakat adalah jalan yang harus ditempuh untuk memperoleh kemenangan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Hal ini dapat diketahui dari pernyataan Allah bahwa kebaikan apa pun yang dilakukan oleh kaum muslimin, niscaya akan mendapat balasan dari sisi Allah pada hari pembalasan dengan seadil-adilnya. Allah menyuruh orang-orang Islam agar berbuat baik, karena Allah benar-benar Maha Mengetahui segala amalan, baik amal yang banyak maupun amal yang sedikit, amal yang saleh maupun amal yang jelek. Tak ada amal yang disia-siakan, semua akan mendapat balasan yang setimpal. QS. Al-Ma’idah Ayat 55 “Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk kepada Allah.” QS. Al-Ma’idah ayat 55 Tafsir dan makna ayat menurut Kementerian Agama RI Allah sangat mencela orang yang menjadikan kaum Yahudi dan Nasrani sebagai teman setia atau penolongnya. Karena, sesungguhnya penolongmu yang dapat diandalkan itu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang melaksanakan shalat secara rutin, dan menunaikan zakat dengan ikhlas, seraya tunduk dan patuh kepada Allah. Baca juga Bukti Manfaat Zakat Mengangkat Martabat Dhuafa Bagian Satu QS. At-Taubah Ayat 11 “Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka mereka itu adalah saudara-saudaramu seagama. Dan Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui.” QS. At-Taubah 11 Tafsir dan makna ayat menurut Kementerian Agama RI Dalam ayat ini, Allah ingin mengatakan bahwa jika mereka bertobat dari perbuatan-perbuatan dosanya dan meninggalkan kekufuran dan kemusyrikan lalu masuk ke dalam Islam, serta secara konsisten melaksanakan ajaran-ajaran Islam dengan melaksanakan shalat dan menunaikan zakat, maka mereka itu adalah saudara-saudaramu seagama yang memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk saling melindungi dan menyayangi. Kami menjelaskan ayat-ayat itu yang menjadi bukti wujud dan keesaan Allah bagi orang-orang yang mengetahui, yakni mereka yang mau mengambil manfaat atas bukti-bukti tersebut. Melihat konteksnya, rangkaian ayat di atas berkenaan dengan perilaku buruk Yahudi Bani Quraizah. Meski begitu, ayat-ayat tersebut telah memberi ciri-ciri kefasikan yang sangat dibenci Allah, yakni merusak atau mengkhianati perjanjian, tidak jujur, dan memutuskan hubungan kekerabatan. Selain empat ayat di atas, masih ada 22 ayat lainnya di dalam Al-Quran yang menyebut soal zakat yang bergandengan dengan perintah shalat. Ayat-ayat tersebut di antaranya adalah QS. Al-Baqarah ayat 83, QS. Al-Baqarah ayat 177, QS. Al-Baqarah ayat 277, QS. An-Nisa’ ayat 77, QS. An-Nisa’ ayat 162, QS. Al-Ma’idah ayat 12, QS. At-Taubah ayat 5, QS. At-Taubah ayat 18, QS. At-Taubah ayat 71, QS. Maryam ayat 31, QS. Maryam ayat 55, QS. Al-Anbiya’ ayat 73, QS. Al-Hajj ayat 41, QS. Al-Hajj ayat 78, QS. An-Nur ayat 37, QS. An-Nur ayat 56, QS. An-Naml ayat 3, QS. Luqman ayat 4, QS. Al-Ahzab ayat 33, QS. Al-Mujadalah ayat 13, QS. Al-Muzzammil ayat 20, dan QS. Al-Bayyinah ayat 5. ZAKAT MUDAH DI DOMPET DHUAFA
Akantetapi secara umum perintah itu mengandung pengertian tidak perlu dilaksanakan berulang-ulang. Kaum muslim sepakat bahwa menurut agama, bahwa haji itu hanya wajib dilakukan satu kali seumur hidup. Begitu pula dalam membayar zakat fitrah untuk orang-orang yang menjadi tanggungannya, bila tidak bisa membayar semuanya, maka hendaklah ia
Ada beberapa pertanyaan yang sampai pada kami, yang maksudnya sama, yaitu apakah boleh zakat maal dibayarkan dengan barang? Misalnya, zakat dari simpanan atau mata uang milik kita dibayarkan dalam bentuk beras atau makanan pokok kepada fakir miskin. Apakah seperti itu boleh? Ibnu Taimiyah rahimahullah ditanya, “Bagaimana dengan hukum orang yang mengeluarkan zakat dengan qimah sesuatu yang senilai dengan kewajiban zakat semisal uang? Karena jika dikeluarkan dengan qimah akan lebih bermanfaat untuk orang miskin. Seperti itu boleh ataukah tidak?” Ibnu Taimiyah menjawab, “Mengeluarkan zakat dengan qimah dalam zakat, kafaroh dan semacamnya, maka telah ma’ruf dalam madzhab Malik dan Syafi’i akan tidak bolehnya. Sedangkan Imam Abu Hanifah membolehkan. Adapun Imam Ahmad rahimahullah dalam salah satu pendapat melarang mengeluarkan zakat dengan qimah. Namun di kesempatan lain Imam Ahmad membolehkannya. Ada sebagian ulama Hambali mengeluarkan perkataan tegas dari Imam Ahmad dalam masalah ini dan ada yang menjadikannya menjadi dua pendapat. Pendapat terkuat dalam masalah ini mengeluarkan zakat dengan qimah nilai tanpa ada kebutuhan dan maslahat yang lebih besar jelas terlarang. Karena Nabi shallallahu alaihi wa sallam telah menetapkan zakat dengan dua unta atau 20 dirham, dst dan beliau tidak beralih pada uang seharga barang-barang tadi. Karena jika kita nyatakan boleh secara mutlak pengeluaran zakat dengan uang senilai, maka nanti si pemberi zakat akan mengeluarkan dari yang jelek dan akan memudhorotkan si penerima zakat dalam perhitungan. Karena zakat dibangun atas dasar ingin menyenangkan orang yang butuh. Kita dapat melihat hal ini dari besarnya zakat yang dikeluarkan dan jenis zakat tersebut. Adapun mengeluarkan zakat jika terdapat hajat kebutuhan, maslahat dan keadilan, maka boleh saja dikeluarkan dengan qimah sesuatu yang senilai. Semisal seseorang menjual kebunnya atau tanamannya dan memperoleh uang dirham. Lalu ia keluarkan zakat hasil pertanian dengan dirham tadi, ini boleh. Ia tidak perlu bersusah payah membeli buah atau gandum sebagai zakatnya. Karena seperti ini pun telah sama-sama menyenangkan si miskin. Bahkan ada nash dari Imam Ahmad akan bolehnya hal ini. Contohnya lagi, bagi yang memiliki lima ekor unta, maka ia punya kewajiban berzakat dengan seekor kambing. Namun sayangnya, kala itu tidak ada seorang pun yang mau menjualkan seekor kambing untuknya. Akhirnya, ia mengeluarkan zakat dengan sesuatu yang senilai qimah. Jadi ia tidak perlu bersusah payah bersafar ke kota lain untuk membeli kambing. Atau contoh lain, seseorang yang berhak menerima zakat semisal fakir miskin meminta agar diberikan sesuatu yang senilai dengan harta zakat, lalu mereka diberi seperti itu atau ini dirasa lebih bermanfaat bagi orang miskin, maka itu boleh. Sebagaimana dinukil dari Mu’adz bin Jabal bahwa ia berkata pada penduduk Yaman, “Berikan padaku pakaian atau baju yang mudah dan baik menurut kalian yang nanti akan diserahkan pada orang Muhajirin dan Anshor di Madinah.” Ada yang mengatakan riwayat tadi membicarakan masalah zakat dan ada yang mengatakan pada masalah jizyah upeti.” Demikian perkataan Ibnu Taimiyah. Majmu’ Al Fatawa, 25 83 Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz rahimahullah pernah ditanya, “Bolehkah mengeluarkan zakat hewan ternak dengan harta atau wajib mengeluarkannya dengan hewan ternak pula? Sebagian ikhwah berkata kepadak bahwa boleh mengeluarkan zakat hewan ternak tersebut dengan harta. Karena Allah Ta’ala berfirman, خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka” QS. At Taubah 103. Apakah boleh mengeluarkan zakat fithri dengan uang?” Jawaban Syaikh Ibnu Baz, “Wajib mengeluarkan zakat dengan harta yang sama, seperti unta, sapi, kambing, dan makanan. Ini wajib dan inilah asalnya sebagaimana diterangkan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Namun jika ada hajat dan maslahat mengeluarkan zakat dengan qimah sesuatu yang senilai dengan kewajiban zakat, atau karena perintah dari penguasa yang memerintahkan mengeluarkannya dengan qimah, maka tidak mengapa. Begitu pula boleh mengeluarkan dengan qimah ketika orang yang menunaikan zakat tidak mendapatkan hewan ternak sesuai umur yang diperintahkan untuk dikeluarkan. Atau bisa jadi pula karena orang miskin meminta diberikan qimah semisal uang saja karena itu lebih baik bagi mereka. Maka keadaan seperti ini yang diserahkan adalah qimah yang pertengahan. Tidaklah masalah mengeluarkan seperti itu karena ada maslahat syar’i. Yang dikeluarkan adalah sesuatu seharga unta, sapi, kambing atau makanan yang nilainya pertengahan, artinya tidak terlalu jelek dan tidak kemahalan. Begitu pula ketika seseorang menjual buah-buahan hasil panen berupa kurma atau biji-bijian, maka ketika itu zakat yang dikeluarkan adalah berupa uang sebagai ganti dari makanan-makanan tadi karena makanan tersebut telah dijual dan tidak ada lagi. Jadinya yang diserahkan sebagai zakat adalah uang. Namun jika zakat yang dikeluarkan dengan kurma atau biji-bijian, maka itu lebih baik, lebih sempurna dan lebih hati-hati. Begitu pula zakat fithri harus dari makanan. Tidak boleh zakat fithri ditunaikan dengan barang lain yang senilai qimah. Zakat fithri tetap dikeluarkan dengan makanan sebagaimana diterangkan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam, صَاعًا مِنْ تَمْرٍ ، أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيرٍ “Zakat fithri itu berupa satu sho’ kurma atau satu sho’ gandum …” HR. Bukhari no. 1503 dan Muslim no. 984. Para sahabat di zaman Nabi shallallahu alaihi wa sallam juga mengeluarkan zakat dengan satu sho’ keju dan satu sho’ anggur. Semua ini dikeluarkan di masa Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Yang dimaksud satu sho’ untuk kewajiban zakat fithri adalah dari makanan pokok di negeri masing-masing seperti beras. Jadi wajib mengeluarkan zakat fithri dengan makanan pokok yang ada di negeri masing-masing berupa beras, kurma, gandum, jagung atau semacamnya. Inilah pendapat yang dianut mayoritas ulama. Adapun dengan qimah tidaklah dibolehkan untuk zakat fithri. Pendapat yang menyatakan zakat fithri boleh dengan qimah uang adalah pendapat yang lemah dan marjuh tidak kuat. Fatawa Nur Ala Ad Darb, 15 69 Dari penjelasan Ibnu Taimiyah dan Syaikh Ibnu Baz di atas bukan berarti kita bermudah-mudahan mengeluarkan zakat dengan sesuatu yang senilai semisal dengan uang. Namun tetap asalnya zakat dikeluarkan sesuai yang disebutkan dalam dalil. Kalau diperintahkan dikeluarkan dengan satu ekor kambing, maka demikian penunaiannya, dan seterusnya. Tidak boleh beralih ke sesuatu yang senilai qimah kecuali jika dalam keadaan darurat, hajat dibutuhkan, atau ada maslahat yang jadi pertimbangan. Lihat Shahih Fiqh Sunnah, 2 84. Namun beda halnya dengan zakat fithri atau zakat fitrah tetap harus ditunaikan dengan makanan, tidak bisa beralih dengan uang. Sehingga pertanyaan yang muncul di awal tulisan bisa terjawab. Menunaikan zakat maal dengan barang -misalnya zakat mata uang ditunaikan dengan beras- masih dibolehkan jika dalam keadaan butuh, ada maslahat yang jadi pertimbangan, atau kondisi darurat. Namun saran kami, sebaiknya jika ingin menyerahkan dalam bentuk barang, maka tetap meminta pertimbangan pihak yang menerima zakat karena harta tersebut sudah menjadi hak mereka. Karena barangkali jika diserahkan dengan uang bisa mereka kelola sesuai kebutuhan mereka. Wallahu a’lam. Baca artikel lainnya di Hukum Mengeluarkan Zakat dengan Uang — Disusun saat istirahat di Masjid Nurul Jariyah, Guyangan, Jl. Godean Yogyakarta, ba’da Ashar, 17 Ramadhan 1434 H Artikel Silakan follow status kami via Twitter RumayshoCom, FB Muhammad Abduh Tuasikal dan FB Fans Page Mengenal Ajaran Islam Lebih Dekat
PerintahZakat Sering Disebutkan Selalu Beriringan Dengan Perintah February 11, 2022 66 1320 Perintah dan pelaksanaan zakat selalu beriringan dengan (b) sholat. وَأَقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ ۚ وَمَا تُقَدِّمُوا۟ لِأَنفُسِكُم مِّنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِندَ ٱللَّهِ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ.
Pada bulan suci Ramadhan ini, semua orang berlomba-lomba untuk melakukan berbagai ibadah dan amal kebaikan. Salah satu ibadah wajib yang harus dilakukan oleh umat muslim pada bulan ini adalah berzakat fitrah. Sebenarnya, seperti apa dalil zakat fitrah ini? Dengan adanya zakat fitrah yang disalurkan dengan baik dan benar, maka akan banyak masyarakat yang menerima manfaatnya. Ukhuwah atau persaudaraan sesama muslim semakin kuat dengan adanya aksi saling membantu ini. Berikut adalah beberapa dalil mengenai zakat fitrah agar kamu yakin bisa menyalurkannya dengan Dalil Zakat Fitrah Yang Penting Untuk Dipahami Adanya kewajiban memberikan zakat fitrah telah diatur secara rinci dalam Al Qurán dan hadits. Berikut adalah beberapa uraian tentang dalil mengenai zakat fitrah. Terkait Kewajiban Berzakat Fitrah Dalam Al Qurán Surat Al Baqarah ayat 110, telah dijelaskan perintah untuk menunaikan zakat. Berdasarkan ayat tersebut, dapat ketahui bahwa sifat zakat fitrah adalah wajib, sebagaimana perintah untuk melaksanakan sholat lima waktu. Zakat fitrah penting untuk dilakukan, bukan demi meraih keistimewaan di mata manusia, melainkan untuk dilihat oleh Allah SWT. Sementara itu pada Hadits yang diriwayatkan Bukhari no. 25 dan Muslim no. 22, dijelaskan bahwa perintah berzakat, shalat dan bersyahadat itu langsung dari Allah untuk Rasulullah. Maka kemudian perintah ini juga berlaku untuk semua umat beliau. Waktu Utama Pelaksanaan Zakat Fitrah Ada berbagai ketentuan zakat fitrah yang perlu dipahami. Salah satunya adalah tentang waktu zakat fitrah. Dalil menunjukkan bahwa zakat fitrah bisa disampaikan kepada yang berhak sebelum sholat Idul Fitri dimulai. Sementara itu, ada juga yang menunjukkan bahwa zakat fitrah bisa disampaikan satu atau dua hari sebelum sholat Idul Fitri. Al Bukhari meriwayatkan dalam salah satu hadits yang shahih, sebagai berikut “Dan Ibnu Umar radhiyallahu anhuma memberikan zakat fitri kepada orang-orang yang berhak menerimanya dan dia mengeluarkan zakatnya itu sehari atau dua hari sebelum hari Raya Idul Fitri.” HR. Bukhari no. 1511. Sementara itu, dilansir dari para fuqaha menyampaikan bahwa penunaian zakat fitrah bisa dilaksanakan sejak awal Ramadhan. Bila zakat dibayarkan setelah sholat Idul Fitri, maka tergolong sebagai sedekah. Manfaat Melaksanakan Zakat Fitrah Segala sesuatu yang diperintahkan oleh Allah SWT tentu memiliki nilai kebaikan. Hikmah zakat fitrah sendiri bisa didapatkan tidak hanya oleh sang penerima, tapi juga pemberi zakat. Dalam Al Qurán surat At Taubah ayat 103, Allah berfirman terkait manfaat zakat fitrah untuk menentramkan dan membersihkan jiwa. “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” Para Penerima Zakat Fitrah Ketentuan tentang penerima zakat fitrah juga telah diatur dalam Al Qurán surat At Taubah ayat 60. Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa ada delapan kategori orang yang berhak menerima zakat fitrah, yaitu Orang fakir, yakni orang yang tidak punya harta maupun tenaga untuk bekerja memenuhi hidup dirinya. Orang miskin, yaitu orang yang berpenghasilan namun masih sangat kekurangan untuk mencukupi hidupnya dan keluarganya. Amil zakat, yakni orang pilihan yang menyalurkan zakat panitia zakat Mualaf, orang yang tergolong baru masuk Islam serta belum mantap tingkat keimanannya. Hamba sahaya, atau orang muslim yang belum dimerdekakan dari majikannya. Algharim, seseorang yang memiliki hutang bukan karena maksiat dan tidak sanggup membayarnya. Fii sabilillah, orang yang berjuang untuk melakukan sesuatu di jalan Allah, tanpa imbalan ataupun gaji. Ibnu Sabil, yaitu musafir yang mengalami kesengsaraan. Salurkan Zakat Fitrah Tahun Ini di Kitabisa Jika kamu telah memenuhi syarat sebagai orang yang wajib membayar zakat, maka siapkan zakat fitrah terbaik kamu. Saat ini penyaluran zakat bisa dilakukan dengan mudah secara online. Berbagai dalil zakat fitrah menunjukkan bahwa amalan ini penting untuk membersihkan harta dan jiwa. Pada bulan suci ini, semoga semua amalan kamu diterima oleh Allah SWT. Tunaikan zakat secara mudah dan cepat lewat Kitabisa. Nantinya zakat darimu akan disalurkan ke saudara-saudara kita yang membutuhkan.
JikaDemikian, Pemerintah dan Rakyat Bisa Harmonis. "Jadilah engkau pemimpin yang di taati, dan rakyat yang mentaati". Demikian pepatah mengatakan. Namun hal itu bukan hal yang mudah untuk diterapkan. Karena semakin tinggi pangkat seseorang akan semakin mudah baginya untuk melakukan hal semena-mena dan semaunya tanpa mempertimbangkan
loading...Zakat online menjadi salah satu alternatif bagi muslim yang akan menunaikan pembayaran zakat fitrah atau zakat mal-nya, dan hukumnya dibolehkan. Foto ilustrasi/ist Ketika membayar zakat baik zakat fitrah maupun zakat mal, biasanya kita perlu melakukan doa sebagai tanda terima dari zakat yang telah kita berikan. Lantas bagaimana dengan hukum zakat online ? Apa saja syaratnya dan bagaimana dengan niat serta tata cara membyaranya?Dilansir dijelaskan bahwa pada dasarnya ijab qabul tidak termasuk salah satu rukun zakat . Ijab qabul juga tidak termasuk syarat sah zakat. Sebenarnya, ibadah zakat berbeda dengan wakaf, akad jual beli, hutang piutang, gadai dan yang terpenting dalam zakat adalah pemberi zakat, harta zakat dan penerima zakat. Seorang muzakki haruslah orang yang memiliki harta mencapai nishab atau memenuhi kriteria wajib zakat. Sedangkan harta zakat adalah harta yang diperbolehkan sebagai zakat. Sementara penerima zakat haruslah orang yang benar-benar berhak menerima zakat. Adapun unsur penting lainnya, meskipun tidak harus, dalam penyerahan zakat adalah yaitu pernyataan zakat dan doa penerima zakat. Baca Juga Syaikh Yusuf Al-Qardhawi, dalam Fiqhuzzakat-nya, berpendapat bahwa seorang pemberi zakat tidak harus menyatakan secara eksplisit kepada mustahik bahwa dana yang ia berikan adalah karena itu, apabila seorang muzakki pemberi zakat tanpa menyatakan kepada penerima zakat bahwa uang yang ia serahkan adalah zakat, maka zakatnya tetap sah. Dengan demikian, seseorang bisa menyerahkan zakatnya secara online kepada lembaga amil dengan itu, idealnya seseorang yang menyalurkan dana zakatnya via online ke lembaga amil zakat disertai dengan konfirmasi zakat secara tertulis. Konfirmasi tertulis itu merupakan salah satu bentuk pernyataan konfirmasi zakat atau transfer ke rekening zakat secara khusus akan memudahkan amil dalam mendistribusikan harta zakat kepada orang-orang yang sebaiknya tepat sasaran. Surat At-Taubah ayat 60 menjelaskan bahwa ada 8 delapan orang yang berhak menerima zakat, yaitu Fakir, Miskin, Amil, Riqab, Gharim, Mualaf, Fissabillillah, dan Ibnu Sabil. Di Indonesia, delapan golongan orang ini bukan hanya terdapat di satu daerah saja, tetapi juga dari Sabang hingga Merauke. Jika kita bisa membantu mereka yang ada di dekat kita, lalu bagaimana dengan Sahabat kita yang ada di Timur dan Barat sana?Maka dari itu, selain social distancing, transaksi zakat online menjangkau delapan golongan secara lebih luas. Makin banyak zakat yang disebar, maka makin meringankan kaum yang membutuhkan. Jangan takut kekurangan karena berbagi. Janji Allah untuk memberikan balasan tertera dalam Surat Al-Anfaal ayat 60 ......Apa saja yang kamu infakkan pada jalan Allah nescaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya dirugikan” QS. Al-Anfaal 60Niat Membayar Zakat Fitrah dan Cara Membayarnya1. Niat zakat fitrah untuk diri sendiri"Nawaitu an ukhrija zakaata al-fitri an nafsi fardhan lillahi ta’ala"Artinya Aku niat mengeluarkan zakat fitrah untuk diriku sendiri fardu karena Allah Niat zakat fitrah untuk diri sendiri dan keluarga"Nawaitu an ukhrija zakaata al-fitri anni wa an jami’i ma yalzimuniy nafaqatuhum syar’an fardhan lillahi ta’ala"Artinya Aku niat mengeluarkan zakat fitrah untuk diriku dan seluruh orang yang nafkahnya menjadi tanggunganku fardu karena Allah cara membayarnya, setiap muslim yang akan berzakat tinggal memilih laman atau website resmi dari badan amil zakat, seperti Baznas, Dompet Dhuafa, Rumah Zakat dan lain sebagainya. Setelah membuka websitenya, kemudian ambil tata cara seperti berikut1. Pilih jenis dana dan jenis Zakat Tentukan jumlah jiwa yang akan dibayarkan Masukkan nominal dari zakat yang akan Lengkapi data Lanjut ke pembayaran dan lakukan pembayaran zakat dengan metode yang dipilih. Baca Juga Wallahu A'lam wid
GT5s5E. urzmogj5q3.pages.dev/49urzmogj5q3.pages.dev/25urzmogj5q3.pages.dev/184urzmogj5q3.pages.dev/92urzmogj5q3.pages.dev/14urzmogj5q3.pages.dev/53urzmogj5q3.pages.dev/362urzmogj5q3.pages.dev/28urzmogj5q3.pages.dev/138
perintah zakat bila benar benar dapat dilaksanakan akan dapat